Kamis, 29 September 2011

Terkadang, dia itu pandai

"Adi, kerjakan soal nomor 4. Silakan maju ke depan", perintah Ibu Guru matematika yang bernama Bu Rini siang itu, namun tidak ada jawaban dari nama yang dipanggil.

"Adi, haloo Adii", nadaBu RIniu mulai naik. Terlihat wajahnya mulai merah karena marah.

"Adi ! Bangun ! Kerjakan soal nomor 4 !",Bu Riniakhirnya marah karena mengetahui ternyata Adi tertidur di waktu pelajaran saat itu.

Adi yang tidur, kaget mendengar bentakan yang sangat keras dari Bu Rini. Ia langsung duduk tegap dengan mata masih agak merah dan mulut yang terlihat ada sedikit sisa liur yang keluar. Beberapa liapatan di wajah, memberikan arti bahwa ia sudah tertidur cukup lama.

""Adi ! Jadi sejak tadi kamu tidur saat pelajaran ya ! Ckckck. Sekarang kamu keluar !", perintah Ibu Guru.

Dengan malas, Adi keluar kelas. Dengan wajah yang masih terlihat sangat mengantuk. Ketika dia berada di depan papan tulis, sekilas dia melihat materi yang diajarkan Bu Rini. Kemudian, dia menundukkan kepala lagi dan berjalan menuju pintu kelas, kemudian keluar.

Di luar, ia hanya mendengarkan kata-kata yang terdengar dari gurunya.

Keesokan harinya, pelajaran Matematika lagi. Dan Bu Rini kemarin sudah berpesan bahwa siapa yang tidak membawa buku paket, maka selayaknya bagi dia untuk keluar kelas saja. Dan kontan saja, Adi kaget dengan hal ini. Dia tidak punya buku paket. Dengan wajah yang sedikit gelisah, ia mulai bertanya pada teman-teman sekelasnya, siapa tahu ada yang membawa buku dobel. namun alhasil, semua hanya membawa 1 buku paket. Kemudian Adi terdiam. Menenangkan pikiran dan hatinya.

Bel berbunyi. Pagi ini, mungkin akan menjadi pagi yang kelam bagi Adi. Pasti akan disuruh berdiri di luar kelas lagi sama Bu Rini. Setelah menunggu beberapa waku, akhirnya Ibu Rini datang. Semua berdiri atas aba-aba dari ketua kelas, memberi salam, kemudian berdo'a bersama. Seperti biasa, Ibu Rini langsung meng-absen murid nya satu-persatu. setelah meng-absen, kalimat yang paling tidak ingin di dengar Adi akhirnya keluar.

"Keluarkan buku paket kalian, dan bagi siapa yang tidak membawa buku paket, silakan keluar kelas"

Adi langsung berdiri, berjalan dengan sedikit gontai menuju meja guru.

"Bu, maaf. Saya tidak membawa buku paket Bu. Saya bukan lupa atau sengaja. Tapi karena Saya tidak punya buku nya", Adi langsung berbicara terus terang.

Bu RIni sedikit kaget dengan pengakuan yang sangat jujur ini. Dengan nada yang sedikit ramah tapi menusuk, Adi disuruh berdiri di luar kelas.

Pelajaran pun dimulai. Adi yang berada di luar, hanya bisa mendengarkan apa yang Bu Rini ajarkan di dalam kelas. Hanya mendengarkan saja. Sebenarnya bisa bagi dia untuk melihat apa yang ditulis di papan tulis. Namun jika ia menginginkan hal ini, ia harus menaiki sebuah meja kecil yang berada di dekat situ. Dan hal ini ia singkirkan jauh-jauh dari pikirannya karena bukan hal yang sopan.

Begitu seterusnya. Setiap kali pelajaran Matematika, Adi selalu dikeluarkan dari kelas. Hingga suatu ketika, Ibu Rini mulai sedikit jengkel dan akhirnya mulai membuka pembicaraan di ruang guru.

"Eh Bu, tau nggak anak yang bernama Adi itu ?? itu tuh yang badannya kecil, agak hitam, tapi sedikit manis", tanya Bu Rini tadi pada Guru di sebelahnya.

"Oh, si Adi itu ya. Memangnya kenapa Bu ? Apa dia selalu ramai di dalam kelas ??", balasnya.

"Bukan itu sih. Hanya  saja, dia itu kok malasan banget sih ya. Ke sekolah tidak pernah bawa buku paket. Sudah gitu, kerjaannya selalu saja tiduur. haduh. Mau dapet nilai apa dia nanti ketika test", keluh Bu Rini.

"Haduh Ibu ini, masak tidak tahu tho Bu ? Adi itu keluarga orang yang sederhana Bu. Bagi Adi, buku itu g harus beli. Dia bisa membacanya di perpus sekolah atau pinjam temannya", jelas teman Guru tadi.

"Eh ? Masak iya ? Dia keluarga sederhana ya ? wah pantas saja tidak pernah bawa buku", jawab Bu Rini tadi sambil manggut-manggut.



Sejak saat itu, Guru Matematika ini mulai sedikit bersikap lunak pada Adi. Adi sudah tidak terlalu sering ia keluarkan dari kelas. Bukan karena berganti sistem untuk tidak keluar kelas bagi yang tidak membawa buku. Tetapi, karena tiap pelajaran Matematika, Bu Rini ini selalu memberikan soal-soal latihan yang begitu banyak. Namun, siapa sangka, Adi yang kerjaannya di kelas selalu tidur dan selalu dikeluarkan dari kelas, bisa dipastikan mendapat nilai di atas 90. Banyak teman-temannya yang tidak percaya dengan hal ini. Bahkan Bu Rini pun, sedikit sulit mempercayai hal ini.

Suatu ketika, Bu Rini ini memberikan soal tingkat SMA pada murid-murid nya. Beberapa siswa banyak yang mengeluh dengan soal yang diberikan. Soal yang bagi mereka sangat tidak wajar diajarkan dan ditest-kan. Namun, Bu Rini ini tetap membagikan soal dan akan dimasukkan dalam nilai tambah. Lagi-lagi, Adi yang terlihat selalu tidur, mengerjakan semua soal dengan serius dan tanpa banyak bicara. Bu Rini mendekatinya. Memperhatikan Adi dengan seksama. Kemudian berlalu.

Besoknya, Bu Rini ini memanggil Adi ke kantor. Adi sedikit malas dengan hal-hal seperti ini. Adi tidak tahu untuk apa dia dipanggil ke kantor. Apalagi dengan Ibu Guru yang selalu mengeluarkan dia dari kelas ketika pelajaran. Pastu bakal kena hukuman ini gara-gara nilai hasil test nya jelek, pikirnya.

Sesampai nya di kantor, Adi langsung menuju meja Bu Rini. Kemudian duduk, lalu menunduk.

"Ada apa Bu memanggil Adi", Adi berkata dengan sedikit lirih sambil menunduk.

"Adi, Ibu hanya mau bertanya kok. Tapi, bisakah Adi menatap wajah Ibu ?? Adi disini bukan karena kesalahan kok, tetapi, Ibu mau bertanya pada Adi", jawab Bu Rini dengan ramah.

Adi mengangkat wajahnya. Memandang wajah Guru yang selalu mengeluarkannya dari kelas.

"Adi, kenapa Adi selalu tidur di kelas dan tidak pernah membawa buku paket ?", Bu Rini memulai pertanyaan.

Adi terdiam sejenak. Berpikir apakah ini perlu dijawab atau tidak.

"emm. . . gini Bu. . .ee. . .", Adi sedikit bingung.

"nggak apa Adi, jawab saja", Bu Rini mulai menenangkan Adi.

"Gini Bu, Adi di rumah bekerja membantu pekerjaan Ibu. Ayah Adi sudah meninggal Bu. Jadi Adi di rumah membantu Ibu. Dari pulang sekolah hingga malam Bu. Jadi Adi sedikit kurang tidur", jawab Adi.

Bu Rini sedikit tersentuh dengan jawaban Adi.

"Oooh, memangnya pekerjaan Ibu mu ada Di ?"

"menjual barang-barang dari anyaman bambu Bu. Tiap pulang sekolah, saya mencari bambu bersama kakak Saya, kemudian menyayat nya tipis dan mengeringkannya Bu. Kemudian, nanti malam nya kita barang-barang nya Bu, buat dijual pagi nya di pasar oleh Ibu Saya", jelas Adi.

Ibu Rini mulai berpikir. Jadi gara-gara ini ya, Adi tidak pernah bisa segar dalam mengikuti pelajaran, gumamnya.

"Adi tahu tidak, nilai test Adi berapa ?", Bu Rini ini mulai kembali bertanya.

"Tidak tahu Bu. Adi tidak punya buku. Adi cuma membacanya di perpus sekolahan Bu", jawab Adi.

"Kamu dapat nilai sempurna", jawab ibu Guru.

Adi hanya diam. Sedikit kaget dengan apa yang dikatakan Gurunya baru saja. Namun dia tetap menjaga sikap di hadapan gurunya.

"Maafkan Ibu ya Di. Ibu tidak tahu kalau Adi ternyata memiliki keadaan yang benar-benar tidak Ibu ketahui", keluh Bu Rini

"tidak apa-apa Bu. malah, Saya yang harusnya minta maaf Bu, tidak memberitahu Ibu dan selalu membuat Ibu jengkel", Adi menunduk.

Setelah kejadian ini, Adi yang selalu tidur di kelas dan tidak pernah membawa buku paket, selalu diberi jam belajar khusus oleh Bu Rini. Dan alhasil, Adi diikutkan ke olimpiade  Sains pelajaran Matematika tingkat provinsi. Meskipun hanya mendapat juara 3 dalam olimpiade tersebut, bagi Adi itu adalah hal yang benar-benar tidak ia sangka. Begitu juga dengan Bu Rini. Adi yang selalu tidur dalam kelas, tidak pernah membawa uku, tetapi ternyata memiliki kecerdasan yang tidak ia kira sebelumnya.

jadi, jangan selalu ambil kesimpulan, orang yang selalu tidur di kelas, tidak membawa buku, itu berarti orang yang bodoh. Mungkin dia ada sesuatu sebab sehingga ia demikian. Tapi, umumnya memang yang seperti ini itu sangat jarang. Tapi, sapa tau aja ternyata orang seperti adalah teman kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar