Minggu, 09 Oktober 2011

arti sebuah pohon bagiku

Sudah 1 bulan ini aku tidak pulang ke rumah. Mungkin lebih tepatnya, 1 bulan lebih 1 pekan. Hal ini aku lakukan karena 2 minggu yang lalu aku sudah bertemu dengan Umi (ibu) di Hotel Pandanaran karena sedang melakukan diklat di sana. Aku memang jarang balik ke rumahku yang ada di Solo. Aku lebih sering menghabiskan waktu libur akhir pekan kuliahku di kos yang ada di Semarang. Dengan berpegang pada kata-kata Abah (bapak), akan lebih baik jika aku jarang pulang agar bisa merasakan betapa pentingnya memiliki rasa sayang dan rindu pada kampung halaman.
Namun kali ini aku harus pulang karena kakakku sakit. Aku jadi berpikir tentang wirausaha yang ada di rumah yang dipegang oleh kakak. Hal inilah yang mendorongku untuk pulang ke rumah secepatnya dan juga untuk menjaga kakak.
Setelah prepare untuk persiapan balik ke Solo, aku segera turun untuk memanasi mesin motorku. Kulihat motorku sangat kotor. Lumpur kering yang ada di knalpot benar-benar tidak nyaman untuk dipandang. Begitu juga debu yang sedikit kering di body motor bagian samping dan depan. Mungkin ketika nanti sampai di rumah, aku pasti akan dimarahi sama Abah, keluhku.
Aku duduk di kursi sofa hijau yang sudah tidak bagus lagi, namun masih nyaman jika untuk bersantai. Kupakai sepatuku yang sudah ada sobekan kecil di bagian depan. Kembali aku cek barang bawaanku yang berupa celana jeans kotor, jaket serta handuk yang harus dicuci. Mungkin hal ini terlalu menjijikkan karena membawa semua ini ketika pulang kampung. Tapi yaa mau bagaimana lagi. Aku tidak sempat untuk membersihkan semuanya.
Setelah semua sudah masuk, kulihat layar HP, sudah jam 13.40 WIB. Segera kupakai masker dan sarung tangan kemudian bersiap untuk berangkat. Aku cek terlebih dahulu ban motorku serta bensin yang ada. Harus beli bensin dan isi angin dulu ini, gumamku. Setelah berdo’a, segera kujalankan motorku ke POM Bensin terlebih dahulu untuk isi bensin dan isi angin. Setelah mengisi bensin, kembali aku berdo’a untuk keselamatan selama perjalanan yang biasanya akan memakan waktu selama 2 jam dengan kecematan normal dan jalan tidak terlalu ramai.
Ketika dalam perjalanan, seperti biasa agar tidak mengantuk aku sibukkan diriku dengan bernyanyi. Kebiasaan yang tidak bisa aku rubah sejak dulu, menyanyi, dan tentu saja menyanyikan lagu lagu anime. Tapi tak selama perjalanan aku hanya bernyayi. Kadang juga sambil berdzikir, ngomong sendiri karena ada pengendara lain yang tidak mentaati tata tertib lalu lintas serta menikmati angin dan pemandangan selama perjalanan.
Membahas tentang pengendara yang tidak mentaati tata tertib, aku sempat dibuat naik darah gara-gara ada pengendara yang tidak konsisten dengan jalurnya. Kalau tidak salah pas masih berada di sekitar Bawen. Ada seorang pengendara motor dengan kendaraan Vixion biru yang saat itu berkendara dengan kecepatan yang yang sangat pelan. Kenapa berjalan pelan bisa membuat aku naik darah ? karena dia berada di tengah-tengah lajur. Dan hal ini membuat beberapa pengendara yang berada di belakangnya, termasuk aku, susah untuk memacu kecepatan karena susah untuk mendahuluinya dikarenakan lajur dari arah yang berlawanan sangat ramai.
Setelah itu, ada lagi sopir bus yang membuatku jengkel juga. Hal ini terjadi di sekitar perbatasan Sukoharjo-Kartasura. Jalanan yang ramai dari lajur yang berlawanan arah, membuatku sedikit berpikir, kenapa bisa sampai macet, padahal dari arahku sama sekali tidak macet. Setelah beberapa ratus meter aku lewati keramaian dari lajur yang berlawanan arah, tiba-tiba di depanku ada bus gila yang melewati batas lajurnya dan hal ini benar-benar membuat macet keadaan. Bus yang berniat untuk melewati keramaian dengan cara berjalan di lajur yang berlawanan arah ini, sukses membuatku marah dan mencaci-makinya (dalam hati sih :p).

Kamis, 06 Oktober 2011

Pentingnya Sebuah Niat

Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya. Aku terbangun karena alarm dari handphone ku yang berbunyi tidak terlalu keras. Kuraih handphone dan kulihat pada layar, 06.30 WIB. Segera kutekan tombol untuk mematikan alarm dan dengan sedikit malas, ku gerakkan mouse PC ku agar monitor yang dalam keadaan mati standby, segera menyala. SEAL ku masih online, pikirku. Segera aku kembali ke kasur tidurku yang memang lesehan dan seperti biasa, kembali tidur dengan sesekali terbangun sambil melihat waktu yang ditunjukkan oleh handphone.
Entah waktu yang berjalan sangat cepat atau memang aku yang masih ingin tidur, akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.45 WIB. Aku sedikit mengingat tugas makul untuk hari ini, yakni Matematika Diskrit karena diberitahu oleh temanku lewat sms. Setelah mengingat sejenak, barulah aku sadar bahwa tugasnya sangat banyak dan tentu saja, aku belum mengerjakannya satu nomer pun. Dengan segera saya balas sms temanku, kemudian bersiap untuk mandi.
Seusai mandi, seperti biasa, aku prepare sebentar di Game SEAL Online yakni untuk purchasing. Sedikit menyesal juga sih karena couple SEAL sudah tidak pernah online. Tapi, yaah paling tidak daripada PC mati tidak digunakan buat apapun, masih mending buat purchasing. Setelah semua sudah siap, segera aku sms temanku untuk meminjam tugas Matematika Diskrit ini yang harus dikumpulkan sebelum dosen memasuki ruang kuliah. Aku segera turun dari kamar kost ku yang berada di lantai 2. Segera aku menuju motorku yang berada di bawah. Kulihat beberapa motor teman-teman kost ku sudah tidak ada. Wajarlah, ini sudah jam 9 pagi. Sudah pada berangkat, pikirku.
Setelah mesin motor sudah lumayan panas, segera aku berangkat ke kampus dengan jalur seperti biasa, yakni lewat jalan belakang yang memang lebih dekat untk mencapai kampus dari kost ku daripada harus lewat gerbang depan. Dalam perjalanan, yang ada dalam benakku adalah segera sampai dan segera mengerjakan tugas Matematika Diskrit yang dikumpulkan di loker Dosen sebelum dosen memasuki ruang kuliah. Padahal, kuliah akan di mulai pukul 10.10 WIB. Motor segera saya parkir setelah akhirnya sampai di kampus. Parkiran penuh. Mungkin jadwal hari ini terisi semua, pikirku. Namun, bisa jadi karena angkatan baru, yakni angkatan 2011 banyak yang memakai kendaraan ke kampus.
Setelah memarkir motor, bergegas aku menuju depan ruang B103 yang disana sudah ada temanku yang menunggu. Ketika berjalan menuju depan ruang B103, yang ada dalam pikiranku masih sama, yakni segera mengerjakan tugas dan segera dikumpulkan. Tetapi, untuk kali ini, aku juga memikirkan tentang Makrab untuk alumni SMA ku yang telah sukses masuk ke perguruan tinggi yang akan diadakan besok hari Sabtu-Ahad. Semua pikiran menjadi satu. Aku berjalan sambil menatap pavling yang tertata sangat rapi di sepanjang jalan menuju gedung B.
Aku berbelok di tikungan yang berada di samping kantin kampus. Temanku sudah di sana.  Kusapa mereka dan tanpa basa-basi, aku menanyakan tugas yang harus dikumpulkan. Kuambil kertas polio yang sudah tersedia di depanku. Kemudian kucari pena di tas. Setelah bersiap untuk mengerjakan, ternyata penaku macet. Teringat akan rapat tadi malam di WP, penaku digunakan temanku untuk coret -coret di atas batu. Sial bener ini, pikirku.
“Vris, pinjem pena dong, punyaku macet nih. Kek nya gara-gara tadi malem di pakai mainan Dita deh”, kataku pada temanku.
“Ambil aja di dalam tempat pensil ku. Ada dua kok, bawa aja dulu”, katanya.
Tanpa menunggu lama, langsung ku ambil pena yang ada di tempat pensil nya. Kembali aku duduk bersila dan bersiap untuk mengerjakan tugas yang lebih tepatnya adalah menyalin tugas temenku. Ketika aku menyalin tugas temanku, tidak terbesit sedikitpun olehku tentang materi yang ada di depanku saat ini. Pikiranku benar-benar tidak memahami apa yang kutulis.
Selesai, teriakku dalam hati. Kulihat jam pada HP, menunjukkan pukul 09.50 WIB. Hmm, masih ada 20 menit sebelum masuk, gumamku. Segera aku berdiri, memberikan tugasku yang merupakan hasil salinan pada temanku tadi.
“Titip ya, aku mo makan dulu, laper”, kataku. Padahal sebenarnya, aku tidak terlalu lapar saat ini.
“Ya oke, penanya bawa dulu aja”, jawabnya.
“Siip”, kataku kembali sambil bergegas menuju kantin.
Kantin masih tidak terlalu ramai. Masih ada beberapa meja kosong di sini. Kulihat angkatan atas sedang berbincang dengan teman seangkatanku. Sedikit senyum sambil kusapa mereka yang berada di meja dekat pintu kantin, namun aku langsung lalu begitu saja menuju tempat memesan makanan. Beberapa makanan sederhana tertata rapi di sana. Dari sayur, tumisan, hingga lauk seperti telur, tahu, bakso, dan lain lain.