Kamis, 06 Oktober 2011

Pentingnya Sebuah Niat

Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya. Aku terbangun karena alarm dari handphone ku yang berbunyi tidak terlalu keras. Kuraih handphone dan kulihat pada layar, 06.30 WIB. Segera kutekan tombol untuk mematikan alarm dan dengan sedikit malas, ku gerakkan mouse PC ku agar monitor yang dalam keadaan mati standby, segera menyala. SEAL ku masih online, pikirku. Segera aku kembali ke kasur tidurku yang memang lesehan dan seperti biasa, kembali tidur dengan sesekali terbangun sambil melihat waktu yang ditunjukkan oleh handphone.
Entah waktu yang berjalan sangat cepat atau memang aku yang masih ingin tidur, akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.45 WIB. Aku sedikit mengingat tugas makul untuk hari ini, yakni Matematika Diskrit karena diberitahu oleh temanku lewat sms. Setelah mengingat sejenak, barulah aku sadar bahwa tugasnya sangat banyak dan tentu saja, aku belum mengerjakannya satu nomer pun. Dengan segera saya balas sms temanku, kemudian bersiap untuk mandi.
Seusai mandi, seperti biasa, aku prepare sebentar di Game SEAL Online yakni untuk purchasing. Sedikit menyesal juga sih karena couple SEAL sudah tidak pernah online. Tapi, yaah paling tidak daripada PC mati tidak digunakan buat apapun, masih mending buat purchasing. Setelah semua sudah siap, segera aku sms temanku untuk meminjam tugas Matematika Diskrit ini yang harus dikumpulkan sebelum dosen memasuki ruang kuliah. Aku segera turun dari kamar kost ku yang berada di lantai 2. Segera aku menuju motorku yang berada di bawah. Kulihat beberapa motor teman-teman kost ku sudah tidak ada. Wajarlah, ini sudah jam 9 pagi. Sudah pada berangkat, pikirku.
Setelah mesin motor sudah lumayan panas, segera aku berangkat ke kampus dengan jalur seperti biasa, yakni lewat jalan belakang yang memang lebih dekat untk mencapai kampus dari kost ku daripada harus lewat gerbang depan. Dalam perjalanan, yang ada dalam benakku adalah segera sampai dan segera mengerjakan tugas Matematika Diskrit yang dikumpulkan di loker Dosen sebelum dosen memasuki ruang kuliah. Padahal, kuliah akan di mulai pukul 10.10 WIB. Motor segera saya parkir setelah akhirnya sampai di kampus. Parkiran penuh. Mungkin jadwal hari ini terisi semua, pikirku. Namun, bisa jadi karena angkatan baru, yakni angkatan 2011 banyak yang memakai kendaraan ke kampus.
Setelah memarkir motor, bergegas aku menuju depan ruang B103 yang disana sudah ada temanku yang menunggu. Ketika berjalan menuju depan ruang B103, yang ada dalam pikiranku masih sama, yakni segera mengerjakan tugas dan segera dikumpulkan. Tetapi, untuk kali ini, aku juga memikirkan tentang Makrab untuk alumni SMA ku yang telah sukses masuk ke perguruan tinggi yang akan diadakan besok hari Sabtu-Ahad. Semua pikiran menjadi satu. Aku berjalan sambil menatap pavling yang tertata sangat rapi di sepanjang jalan menuju gedung B.
Aku berbelok di tikungan yang berada di samping kantin kampus. Temanku sudah di sana.  Kusapa mereka dan tanpa basa-basi, aku menanyakan tugas yang harus dikumpulkan. Kuambil kertas polio yang sudah tersedia di depanku. Kemudian kucari pena di tas. Setelah bersiap untuk mengerjakan, ternyata penaku macet. Teringat akan rapat tadi malam di WP, penaku digunakan temanku untuk coret -coret di atas batu. Sial bener ini, pikirku.
“Vris, pinjem pena dong, punyaku macet nih. Kek nya gara-gara tadi malem di pakai mainan Dita deh”, kataku pada temanku.
“Ambil aja di dalam tempat pensil ku. Ada dua kok, bawa aja dulu”, katanya.
Tanpa menunggu lama, langsung ku ambil pena yang ada di tempat pensil nya. Kembali aku duduk bersila dan bersiap untuk mengerjakan tugas yang lebih tepatnya adalah menyalin tugas temenku. Ketika aku menyalin tugas temanku, tidak terbesit sedikitpun olehku tentang materi yang ada di depanku saat ini. Pikiranku benar-benar tidak memahami apa yang kutulis.
Selesai, teriakku dalam hati. Kulihat jam pada HP, menunjukkan pukul 09.50 WIB. Hmm, masih ada 20 menit sebelum masuk, gumamku. Segera aku berdiri, memberikan tugasku yang merupakan hasil salinan pada temanku tadi.
“Titip ya, aku mo makan dulu, laper”, kataku. Padahal sebenarnya, aku tidak terlalu lapar saat ini.
“Ya oke, penanya bawa dulu aja”, jawabnya.
“Siip”, kataku kembali sambil bergegas menuju kantin.
Kantin masih tidak terlalu ramai. Masih ada beberapa meja kosong di sini. Kulihat angkatan atas sedang berbincang dengan teman seangkatanku. Sedikit senyum sambil kusapa mereka yang berada di meja dekat pintu kantin, namun aku langsung lalu begitu saja menuju tempat memesan makanan. Beberapa makanan sederhana tertata rapi di sana. Dari sayur, tumisan, hingga lauk seperti telur, tahu, bakso, dan lain lain.


“Soto ya Bu, sama es teh”, kataku pada mbok kantin.
Setelah menunggu beberapa saat, pesananku datang. Aku mengambil tempe mendoan dan sambal yang ada di lain meja. Ketika selesai berdo’a dan sendok sudah hampir masuk ke mulut dengan nasi soto bersamanya, aku berpikir sejenak. Untuk apa aku makan, sedangkan perut tidak terlalu lapar. Sebelum masuk ke mulut, aku meletakkan lagi sendok ke dalam mangkuk yang berisi nasi soto. Kuhela napas. Tidak memikirkan apapun. Hanya kupandangi nasi soto yang mengepul di hadapanku. Suara beberapa orang yang ada di sekitarku, seakan tidak dapat menghilangkan kejenuhan yang ada di pikiranku saat ini. Setelah beberapa saat, akhirnya aku makan juga. Toh ini adalah rejeki di hari ini. Jadi ya harus di makan.
Ketika makan, yang terbesit di pikiranku hanyalah beberapa tugas yang belum clear. Menjadikanku tidak bisa konsentrasi makan. Di sebelah kiriku, ada dua orang yang sedang berbincang. Mungkin dari jurusan Teknik Informatika, karena yang mereka obrolkan masalah pemrograman.
Selesai makan, aku langsung menuju tempat mbok kantin tadi. Kukeluarkan selembar uang kertas 10.000 rupiah. Setelah diberi kembalian, aku langsung menuju ruang kuliah. Ketika memasuki kelas, dosen belum memasuki ruangan. Teman-temanku terlihat sibuk dengan kesibukan masing-masing. Beberapa ada yang berdiri di depan, ada yang menggerombol di samping, ada juga yang teriak-teriak untuk memanggil nama temanku yang lain. Bising sekali rasanya, gumamku.
Seperti biasa, aku mengambil tempat duduk agag belakang. Kunyalakan kipas angin yang masih belum ON. Sambil merasakan angin yang menerpa tubuhku, kulepaskan jaket jurusan Matematika yang kukenakan. Badanku yang sedikit berkeringat karena sehabis makan, kini terasa sedikit adem.
Beberapa saat menunggu, dosen datang. Wajahnya masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Tanpa ada ekspresi senyum. Sepertinya, senyum belum didownload di dirinya. Kupandangi Pak Bayu dengan sedikit malas. Sebenarnya dosen ini dulu tidak terlalu membuatku boring. Hanya saja, dulu ketika awal-awal kuliah Matematika Diskrit, Pak Bayu memakai slide yang menggunakan bahasa inggris. Bukan aku tidak bisa. Hanya saja, aku tidak terbiasa belajar dengan bahasa inggris, kecuali memang makul bahasa inggris atau ilmu umum. Ini lain. Matematika Diskrit yang berisi definisi dan memakai bahasa inggris, benar-benar telah sukses membuatku langsung tidak tertarik dengan MatDis ini. Dan ini berkelanjutan hingga akhirnya, hingga sekarang yang sudah pertemuan ke-5, aku masih tidak paham sama sekali dengan makul ini.
Ketika kuliah berlangsung, yang ada dipikiranku berbeda dengan apa yang dijelaskan Pak Bayu. Makarab KAMAS yang akan dilangsungkan besok Sabtu-Ahad, masih sedikit menggangguku. Namun, setelah beberapa kali memikirkan kemungkinan, akhirnya kuputuskan untuk ke basecamp KAMAS siang ini. Hal ini tidak membuatku lega. Pikiranku masih berkecamuk tugas yang masih menumpuk. Tugas bahasa indonesia belum kerjakan, yang mungkin akan dikumpulkan besok Kamis. Tugas Geometri Analitik pun belum aku kerjakan yang setahuku, dikumpulkan kemarin Selasa. Riset Operasi yang kini bukunya kupegang, masih menyisakan soal yang kujawab dengan sekenanya. Masih belum selesai karena aku terhambat di jawaban yang menggunakan Teori Vogel.
Hal ini membuatku sedikit kacau hari ini. Hari-hari sebelumnya ketika makul MatDis, meskipun aku sedikit enggan untuk masuk, namun aku tidak sejenuh ini. Biasanya aku habiskan waktuku untuk bergurau dengan teman. Namun kali ini, entah kenapa pikiranku terlalu full. Biasanya, jika aku sedang ada beberapa masalah, semua bisa aku pikirkan dan perkirakan dengan kepala dingin, santai, dan kubuat sedemikian rupa agar tidak terlalu membebani. Namun hari ini lain. Semua terasa menjadi beban.
Kuambil kertas HVS yang ada di map hijau mudaku. Kugoreskan pena tanpa tujuan yang jelas. Aku bingung mau berbuat apa. Ingin rasanya membikin puisi seperti ketika aku SMA. Namun, hal itu sudah tak bisa kulakukan. Aku sudah tidak seperti SMA dulu, ketika masih ada sebuah ilusi yang selalu ada di sampingku. Jangan sampai aku mengulang masa kelam yang sama, teriakku dalam hati.
Kubalik-balikkan kertas HVS yang sengaja kulipat. Sambil menyanyikan lagu anime, kuputar-putar pena temanku yang masih kubawa. Kulihat Pak Bayu masih sibuk memberikan kuliah yang entah apa, aku sama sekali tidak memahaminya. Mengantuk tidak, tetapi jenuh. Masih dalam keadaan yang serba galau, aku menulis sebuah tulisan yang menggambarkan keadaan ku saat ini di kertas HVS yang tadi kulipat. Ketika menulis, akhirnya aku sadar. Niatku hari ini tidak benar. Aku mengingat-ingat lagi apa yang sejak tadi pagi aku kerjakan dan kuniatkan. Dan benar saja. Niatku memang salah. Aku masuk hanya untuk mengerjakan tugas yang belum selesai. Selain itu, aku berangkat kuliah dengan pikiran yang masih berkecamuk.
Kuhela napas kembali. Berusaha membebaskan pikiran yang ada. Kepala terasa sangat berat. Pundakpun terasa berat. Suara Pak Bayu terasa sangat pelan di telingaku, seakan tidak terdengar. Kembali ku tenangkan hati dan pikiran. Kuambil HP dan kubuka aplikasi AlQur’an. Ku baca dengan penuh ketenangan yang akhirnya bisa sedikit megurangi beban pikiran yang ada. Kuambil napas dalam-dalam. Mengucap istighfar sebanyak mungkin dan mengingat Allah sambil berusaha mengembalikan pikiranku dan keadaanku kembali seperti biasa yang selalu bisa berpikir dengan kepala dingin.
Pikiranku akhirnya bisa sedikit tenang. Meskipun memakan watu yang tidak terlalu singkat, kini aku bisa merasakan masalah-masalah yang tadi membebani pikiranku, mulai muncul jalan keluarnya. Kuputuskan untuk mencancel semua yang ada. Aku menoleh ke belakang. Memastikan ada tempat duduk kosong yang ternyata ada tepat di belakangku.
”aku pindah situ ya, mau minta ajarin tugas Riset Operasi yang pake teori Vogel. Kek nya aku ada yang salah deh”, kataku pada temanku.
“kalo inget ya. Soalnya aku belum ngerjain Fiq”, jawabnya.
Hal ini tidak terlalu kupusingkan. Aku pindah belakang sambil membawa buku Riset Operasi. Pak Bayu yang masih sibuk dengan kuliah MatDis nya, tak kuhiraukan. Aku sudah pasrah dengan MatDis, untuk saat ini. Jangan sampai hal yang membuatku penat, aku paksakan masuk dalam pikiranku. Tidak akan, gumamku.
Sedikit bantuan dari temanku, membuatku sedikit yakin dengan jawaban yang kutulis. Walau masih ada sedikit kejanggalan dari jawaban ini, toh hal ini bukan masalah. Intinya, aku sudah paham dengan BAB ini. Setelah menyelesaikan sebagian tugas Riset Operasi yang memang dikumpulkan ketika nanti UTS, aku hanya bergurau dengan teman sebelahku. Kehabisan bahan lelucon, akhirnya aku meminjam HP temanku yang bisa digunakan untuk bermain Angry Birds. Lumayan ada mainan, pikirku.
Kami bertiga, berebut HP yang menurut kami, ini sangat canggih. Sedikit ndeso dengam HP yang canggih, membuat aku dan temanku tertawa sendiri. Hal ini sedikit mengurangi kejenuhan yang sedari tadi pagi mengganggu. Walau sudah tidak terlalu aku pikirkan, namun kepala masih terasa pusing. Mungkin masih ada sisa-sisa pikiran yang belum bersih.
Setelah kuliah selesai, aku terus berusaha untuk meluruskan semua niat yang ada. Dari tadi pagi hingga siang ini dan sampai malam nanti. Semua aku atur kembali dalam pikiran yang bisa menyimpan memory hampir tak terhingga. Dan alhasil, semua bisa berjalan kembali seperti semula. Walau pun mungkin belum bisa aku clear kan masalah-masalah ini, tetapi dengan kepala dingin dan pikiran yang jernih, akhirnya aku bisa melihat jalan keluar yang ada. Dan aku pun sadar, bahwa niat itu sangat penting. Semoga aku tidak kembali terjerumus ke niat yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar